GAGAL NAFAS
A. Pengertian
Gagal nafas didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mengancam kehidupan akibat tidak adekuatnya pengambilan O2 dan pengeluaran CO2. sering dinyatakan dengan tingkat tekanan O2 dan CO2 arteri secara lebih terinci, gagal nafas akut didefinisikan sebagai penurunan mendadak PaCO2 dibawah 50mmHg dan atau peningkatan mendadak PaCO2 diatas 50mmHg. Peningkatan CO2 yang terjadi disertai dengan asidemia. Penderita penyakit paru kronik dengan keadaan gas arterial yang mendekati keadaan diatas tidak dimasukan ke dalam kategori ini karena tidak disertai asidemia sebagai akibat sudah terjadinya kompensasi ginjal.
Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eleminasi PaCO2 dan pH yang adekuat disebabkan oleh masalah ventilasi difusi atau perfusi.
Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan pembentukan CO2 dalam tubuh. Sehingga menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50mmHg (hipoksemia) dan peningkatan tekanan CO2 lebih besar dari 45mmHg (hiperkapnia).
B. Patofisiologi
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik dimana masing2 mempunyai pengertian yang berbeda. Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien dengan paru normal secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul. Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik seperti bronchitis kronik, emfisema, dan penyakit paru hitam (penyakit penambang batubara). Paien mengalami toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara bertahap. Setelah gagal nafas akut biasanya paru kembali ke keadaan asalnya. Pada gagal nafas kronik struktur paru alami kerusakan yang irreversibel.
Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi pernapasan normal ialah 16 – 20 x/menit. Bila lebih dari 20x/menit tindakan yang dilakukan memberi bantuan ventilator karena kerja pernafasan menjadi tinggi sehingga timbul kelelahan. Kapasitas vital adalah ukuran ventilasi.
Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuat dimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan pernapasan terletak di bawah batang otak (pons dan medulla). Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke, tumor otak, ensefalitis, meningitis, hipoksia, dan hiperkapnia mempunyai kemampuan menekan pusat pernapasan. Sehingga pernapasan menjadi lambat dan dangkal. Pada periode postoperatif dengan anestesi bisa terjadi pernapasan tidak adekuat karena terdapat agen yang menekan pernapasan dengan efek yang dikeluarkan atau dengan meningkatkan efek dan analgetik opiood. Pnemonia atau dengan penyakit paru2 dapat mengarah ke gagal nafas akut.
C. Etiologi
Depresi sistem saraf pusat
Mengakibatkan gagal napas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat pernapasan yang mengendalikan pernapasan, terletak di bawah batang otak (pons dan medulla) sehingga pernapasan lambat dan dangkal.
Kelainan neurologis primer
Akan mempengaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam pusat pernapasan menjalar melalui saraf yang membentang dari batang otak terus ke saraf spinal ke reseptor pada otot2 pernapasan. Penyakit pada saraf seperti gangguan medulla spinalis, otot2 pernapasan atau pertemuan neuromuskular yang terjadi pada pernapasan akan sangat mempengaruhi ventilasi.
Efusi pleura, hematoraks dan pneumothoraks
Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan ekspansi paru. Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakit paru yang mendasari, penyakit pleura atau trauma dan cedera dan dapat menyebabkan gagal nafas.
Trauma
Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal napas. Kecelakaan yang mengakibatkan cedera kepala, ketidaksadaran dan perdarahan dari hidung dan mulut dapat mengarah pada obstruksi jalan napas dan depresi pernapasan. Hemothoraks, pneumothoraks dan fraktur tulang iga dapat terjadi dan mungkin dapat menyebabkan gagal napas. Flail chest dapat terjadi dan dapat mengarah pada gagal napas. Pengobatannya adalah untuk memperbaiki patologi yang mendasar.
Penyakit akut paru
Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi atau pnemonia diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengiritasi dan materi lambung yang bersifat asam. Asma bronkhial, embolisme paru dan edema adalah beberapa kondisi lain yang menyebabkan gagal napas.
D. Tanda dan Gejala
Tanda
Gagal napas total
v Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar/dirasakan.
v Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra clavikula dan sela iga serta tidak ada pengembangan dada pada inspirasi.
v Adanya kesulitan inflasi paru dalam usaha memberikan ventilasi buatan
Gagal napas parsial
v Terdengar suara nafas tambahan gargling, snoring, growing, dan whizing
v Ada retraksi dada
Gejala
v Hiperkapnia yaitu penurunan kesadarn (PCO2)
v Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat, atau sianosis (PO2 menurun)
E. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang berhubungan dengan gagal napas pada bayi, diantara sebagai berikut:
v Rendahnya kadar O2 dalam darah menyebabkan sianosis (warna kebiruan)
v Tingginya kadar CO2 dan peningkatan keasaman darah menyebabkan kebingungan dan perasaan mengantuk.
v Tubuh sebenarnya mencoba untuk mengeluarkan CO2 dengan pernapasan cepat dan dalam, tai jika paru2 tidak berfungsi secara normal maka pola napas seperti itu tidak dapat membantu.
v Rendahnya kadar O2 dengan segera bisa menyebabkan gangguan pada otak dan jantung. Hal ini ditandai dengan penurunan kesadaran atau pingsan.
v Menyebabkan aritmia jantung yang bisa membawa pada kematian.
Beberapa gejala gagal napas bervariasi berdasarkan penyebabnya:
v Anak dengan sumbatan jalan nafas karena aspirasi benda2 asing akan tampak terengah2 dan melakukan usaha keras dalam bernafasnya.
v Sedangkan seseorang yang keracunan mungkin tampak tenang sampai dengan koma.
Seseorang dokter bisa mencurigai adanya gagal napas dari gejala dan Px. Test darah mengkonfirmasikan Dx ketika ditemukan adanya kadar O2 yang sangat rendah atau kadar CO2 yang sangat tinggi.
Tapi sebenarnya selain lewat Px darah, terdapat metode sederhana yaitu dengan menggunakan indikator frekuensi pernafasan dan kapasitas vital.
Frekuensi pernapasan
Normalnya 16 – 20, jika sampai 25x/menit, status pasien harus dievaluasi dan memulai tindakan yang tepat, yaitu penghisapan, drainage postral, dan fisioterapi dada. Jika frekuensi pernapasan ≥40 x/menit maka akan menimbulkan kelelahan otot pernapasan yang pada akhirnya mengantarkan pada gagal napas, sehingga membutuhkan bantuan ventilator.
Kapasitas vital
Dengan menggunakan spirometer, pasien diminta untuk mengambil napas dalam dan mengeluarkannya melalui spirometer sampai paru2 benar2 kosong. Jika hasilnya kurang dari 10 – 20 mmHg maka hal tersebut merupakan tanda ke arah gagal napas.
Jika perkembangan gagal napas berjalan lambat, maka akan diikuti oleh peningkatan tekanan dalam pembuluh darah paru. Kondisi ini dinamakan hipertensi pulmonar. Jika kemudian tidak tertangani, kondisi ini merusak pembuluh darah. Akibat lebih lanjut adalah gangguan perpindahan oksigen ke dalam darah, stres pada jantung yang akhirnya menyebakan gagal jantung.
F. Penatalaksanaan
v Terapi Oksigen
Pemberian oksigen kecepatan rendah: masker venturi atau nasal prong
v Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu (CPAP) atau PEEP
v Inhalasi nebuliser
v Fisioterapi dada
v Pemantauan hemodinamik/jantung
v Pengobatan: bronkodilator, steroid
v Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan
G. Pengkajian
Airway
Breathing
Circulation
Kaji pengetahuan orangtua tentang penyakit dan pengobatan
Riwayat psikososial
H. Dx Kep.
Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat mempertahankan pola pernapasan efektif
Kriteria hasil:
Frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan normal
Adanya penurunan dispneu
Gas2 darah dalam batas normal
Intervensi
Kaji frekuensi, kedalaman dan kualitas pernapasan serta pola pernapasan
Kaji tanda vital dan tingkat kesadaran setiap jam
Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap jam
Pertahankan tirah baring dengan kepala tempat tidur ditinggikan 30 sampai 45 derajat untuk mengoptimalkan pernapasan
Berikan bantuan ventilasi mekanik bila PaCO > 60 mmHg.
Hipertermi b.d penyakit atau trauma
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien akan menunjukkan termoregulasi (keseimbangan antara produksi panas, peningkatan panas, dan kehilangan panas).
Kriteria hasil:
Suhu tubuh dalam batas normal
Nadi dan pernapasan dalam rentang yang diharapkan
Perubahan warna kulit tidak ada
Intervensi
Pengobatan demam
Regulasi suhu
Pemantauan tanda vital
Sabtu, 24 Oktober 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar